Hutan memiliki fungsi besar yakni sebagai paru-paru bumi. Layaknya paru-paru manusia, hutan juga menghasilkan oksigen dan menyebarkan ke segela penjuru dunia untuk memastikan bahwa segala aspek kehidupan bisa berjalan dengan baik. Tugas hutan ini memang berat, namun ini belum seberat tugas manusia untuk menjaga dan melestarikan hutan yang ada.
Lihatlah, bagaimana kebakaran hutan berulang hampir setiap tahun. Tidak hanya di Indonesia, namun juga di segala penjuru dunia. Faktornya bisa karena alam atau manusia dan kombinasinya. Jika setiap tahun kebakaran hutan tidak pernah absen, maka akan terjadi ketidakseimbangan ekosistem yang akan merugikan generasi selanjutnya.
Generasi itu bisa jadi adalah anak cucu kita. Mereka akan merasakan sesaknya bumi tanpa suplai oksigen yang cukup, banjir bandang karena tak ada lagi hutan yang bisa menyimpan cadangan air, bahkan bisa menimbulkan kelaparan karena tanah tidak akan lagi bisa dijadikan area bercocok tanam.
Sekarang bukan saatnya mengeluh atau saling menyalahkan atas kondisi yang terjadi. Ini bukan lagi menjadi masalah pemerintah semata, setiap kita memiliki tanggungjawab yang sama untuk membuat bumi tetap bernafas. Caranya adalah dengan menjaga dan melestarikan hutan.
Sudah banyak cara yang dilakukan agar hutan Indonesia tetap terjaga. Terbaru, adalah dengan cara Adopsi Hutan yang digagas oleh Hutan Itu Indonesia pada pelaksanaan Hari Hutan Indonesia 7 Agustus 2020.
Cara ini menjadi bentuk nyata komitmen bersama untuk menjaga hutan. Terlebih sejak disahkannya Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2019 tentang penghentian pemberian izin baru dan penyempurnaan tata kelola hutan primer dan lahan gambut, maka harus ada pengawalan ketat agar hal ini berjalan sesuai instruksi presiden.
Adopsi hutan merupakan cara berpartipasi warga Negara Indonesia dengan menyumbang sejumlah dana untuk menjaga pohon-pohon agar tetap berdiri, flora dan fauna serta sumber air dan udara bersih yang sudah ada di hutan.
Penggalangan dana dilakukan melalui kitabisa.com dengan target uang yang terkumpul adalah Rp. 1 Miliar. Dana tersebut akan disalurkan kepada organisasi pendamping masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Misalnya untuk membantu komunitas disana yang melakukan patroli penjagaan hutan.
Selain itu, dan tersebut juga untuk membangun perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar hutan melalui program kewirausahaan, social serta kesehatan dan pendidikan. Support para adopter ini diharapkan memunculkan kecintaan warga sekitar untuk ikut serta menjadi bagian dalam upaya menjaga hutan.
Bagi yang tidak tinggal di sekitar hutan, kita memang tidak pernah menikmati kesejukan dan keindahannya, tidak pernah melihat bagaimana fauna di hutan bergelantungan dengan lincah dari pohon ke pohon, namun percayalah, bahwa manfaat hutan sudah kita rasakan setiap hari.
Jadi meski kita tinggal di kota, bahkan metropolitan sekalipun, kita tetap bertanggungjawab untuk menjaga hutan Indonesia. Bukankah jika terjadi kebakaran yang menyebabkan asap tebal beberapa diantara kita yang berada di kota besar pernah merasakannya? Atau rumah kita pernah kebanjiran dan membuat mobil serta kendaraan mahal tidak dapat melintas lagi di jalanan.
Bencana itu terjadi karena hutan tidak terjaga dengan baik. Kita tidak pernah tahu bagaimana warga sekitar atau komunitas-komunitas penjaga hutan mengupayakan agar hutan tetap lestari sehingga ekosistem tetap seimbang. Mungkin mereka sudah berusaha keras, ditengah ketidakpedulian kita yang juga menikmati manfaat hutan.
Maka dari itu, program ini menjadi kesempatan untuk setiap kita Gotong Royong Jaga Hutan dengan Cara Adopsi Hutan. Sedikit bantuan kita akan sangat berarti besar bagi para komunitas atau organisasi sekitar hutan yang selama ini sudah berupaya keras menjaga dan melestarikan hutan. Ini juga menjadi salah satu cara kita bersyukur atas bumi yang selama ini kita tinggali.
Sumber Foto: https://id.usembassy.gov/u-s-indonesia-tnc-wwf-announce-3-3-million-new-grants-protect-forests-kalimantan/
Tag :
Lingkungan