Dwina.net - Hari minggu kemarin saya nemankan anak ikut ujian IGT (International Grading Test) with abacus. Kalian tau abacus kan. Itu loh sempoa. Jadi biar kata judulnya ujian tapi ngadainnya di mall loh. hahahha aneh ngga. Aneh ngga..? Laki saya aja sampe kaget. "Apaan ujian kok di mall" "Ya biar naikkan prestige gitu loh" Sanggah Saya.
Nah, abis nemankan bocah ujian dan mumpung lagi dimall. Jalan-jalanlah kita berdua. Sampai ke stand Xiaomi. Standnya gueeddee banget. Rame pulaktu. Banyak hape Xiaomi di jejer-jejer.
Saya sebenarnya pingin banget masuk. Cuma konsekwensinya pasti. Keluar dari situ kebayang bayang deh tuh hape. Mana sejak pakai Vivo ini saya bawaannya sering bete karena serius Vivo V5 Saya lebih sering bermasalah. Ada aja masalahya kadang keyboardnya tetiba dobel-dobel. Atau kursor melayang layang tak terkendali. dll. Maleslah saya bahas banyak-banyak. Pokoknya kalian yang punya Vivo, udah berapa tahun sih make Vivo? dan nemu kejadian kayak saya ngga?
Well, kita balik ke Xiaomi ya. Kali ini sebelum saya beli hapenya. Saya ulas dulu tentang hape buatan China yang makin kesini makin marak aja di tanah air.
Pada tahun 2011 lalu, perusahaan XIAOMI memutuskan untuk terjun ke pasar telepon genggam. Perusahaan yang dulu sebatas membuat software ini meluncurkan produk pertamanya yang dinamakan sebagai Mi One.
Telepon genggam ini memiliki spek tinggi pada masanya namun di banderol dengan harga yang sangat terjangkau. Rupanya XIAOMI sudah konsisten dengan formula ini sejak awal.
Perusahaan ini pun mengalami perkembangan yang sangat cepat di industri telepon genggam. Pada tahun 2013, mereka sudah menghasilkan pendapatan sebesar USD 5 miliar, ini sebuah pencapaian prestasi impresif untuk sebuah perusahaan telepon genggam baru.
Baca juga : Iphone XS, SX Max dan XR Akan Masuk ke Indonesia
‘Applenya’ china, begitulah julukan yang di dapatkan perusahaan XIAOMI. Sebutan ini di dapatkannya karena XIAOMI memiliki basis pengguna yang sangat loyal. Termasuk style sang CEO pada saat melakukan presentasi langsung yang sangat mengingatkan kita pada sosok Steve Jobs yang sangat melegenda di dunia telepon genggam.
Pada tahun 2012, Xiaomi tercatat mengapalkan 7,2 juta unit smatrphone. Kemudian di 2013, meningkat pesat sampai 18,7 juta unit smartphone. Dan pada kuartal pertama 2014, sudah menjual 11 juta unit.
Nah, di kuartal pertama 2014 itulah, berdasarkan laporan yang dirilis badan riset Counterpoint Terchnology Market, Xiaomi berhasil merengkuh porsi pasar sebesar 11% di Tiongkok. Raihan Xiaomi tersebut menempatkannya pada posisi tiga besar di bawah Samsung dan Lenovo.
Pada awal 2014, Xiaomi membuka kantor pertamanya di Singapura. Di akhir Februari dan Maret, ponsel Redmi dan Mi3 berturut-turut dijual secara resmi di Singapura. Diklaim, ponsel Mi3 sold out di negara tetangga ini hanya dalam 2 menit. Dari Singapura, Xiaomi berencana memasuki pasar Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia, menurut gosip yang beredar, ponsel Xiaomi akan masuk ke pasaran pada bulan Agustus mendatang.
Ekspansi internasional Xiaomi ditangani oleh Hugo Barra, mantan Vice President of Product Management for Android. Jelas, dia bukan orang yang sembarangan dan sudah sangat berpengalaman. Barra yang saat ini menjabat Vice President Xiaomi pun rajin menyambangi Asia Tenggara. Belum lama ini, Barra juga hadir di Indonesia, yang menandakan pemasaran ponsel Xiaomi di Tanah Air semakin dekat.
Tag :
review