Sejarah Umar bin Khathab dan Gubernur Homs - Umar bin Khathab pernah menugaskan Sain bin Amir bin Judzaim sebagai gubernur Homs. Ketika Umar datang ke Homs, dia bertanya kepada penduduknya tentang bagaimana tingkah sang gubernur terhadap mereka. Kebanyakan penduduk mengeluh tentang Gubernur baru tersebut.
Ada yang mengatakan penduduk Homs adalah Kufah Kecil. Kufah sendiri adalah sebuah perkampungan dimana penduduknya memiliki kebiasaan mengeluh tentang pemimpinnya. Penduduk Homs ikut mengeluhkan gubernur mereka yang baru sama seperti penduduk Kufah.
Ditanya tentang prilaku sang gubernur, penduduk Homs memiliki 4 keluhan yaitu:
- Gubernur mereka tidak keluar rumah untuk mengurus penduduk hingga siang beranjak naik.
- Gubernur tidak mau menemui siapapun di malam hari.
- Sehari dalam sebulan gubernur tidak sama sekali tidak keluar dari rumah untuk menemui penduduk.
- Dalam satu waktu gubernur akan bertindak seperti orang mati.
Mendengar pengaduan tersebut Khalifah Umar bin Khathab berniat untuk mengumpulkan seluruh penduduk Homs. Umar ingin mendengar secara langsung apa jawaban Sain bin Amir terhadap keluhan penduduknya itu.
Umar kemudian mengumpulkan antara mereka dengan gubernurnya. Kemudian Umar bin Khathab berucap untuk dirinya sendiri. "Ya Allah, janganlah Engkau kecewakan diriku tentang gubernur yang saya angkat ini, pada hari ini". Umar takut jika keputusannya mengangkat Sain bin Amir sebagai gubernur adalah keputusan yang salah.
Pagi itu, seluruh penduduk Homs dikumpulkan beserta gubernunya. Umar lalu meminta perwakilan dari penduduk untuk menyampaikan keluhan mereka. Lalu naiklah seorang perwakilan penduduk. dia berkata "Dia tidak keluar menemui kami hingga siang beranjak naik."
Mendengar keluhat itu Gubernur menjawab, "Demi Allah, sebetulnya saya enggan menceritakan masalah ini. Tapi baiklah, saya tidak bisa segera keluar rumah karena saya tidak memiliki pembantu di rumahku. Sehingga di pagi hari saya harus membuat adonan roti terlebih dahulu, kemudian saya duduk menunggu hingga adonan tersebut telah siap dimasak. berikutnya saya membuat roti dari adonan itu. setelah itu saya mengambil air wudhu, baru setelahnya saya keluar menemui masyarakat".
Jawaban ini dirasa belum cukup untuk penduduk, maka Umar berkata lagi "Apa keluhan kalian lainnya?"
Penduduk "Dia tidak mau menemui siapa pun di malam hari"
Ternyata alasan mengapa gubernur tidak keluar menemui siapapun di malam hari karena siang hari dijadikannya untuk mengurusi rakyat. Sedangkan malam hari dikhususkan untuk urusan dirinya dan Allah.
Pertanyaan ketika yang diajukan penduduk Homs adalah mengapa sehari dalam sebulan Gubernur langsung tidak mengurusi urusan penduduk.
Mendengar pertanyaan ini gubernur menjawab dengan jujur bahwa gubernur tidak punya pembantu yang mencuci baju-baju. Dan tidak punya baju pengganti, sehingga ketika mencuci baju, dia harus duduk menunggu hingga baju itu kering. kemudian dirapikan baru kemudian keluar menemui penduduk di penghujung hari.
Pertanyaan terakhir yang diajukan penduduk adalah kenapa gubernur terkadang bersikap seperti orang mati?
Gubernur menjawab. "Saya menyaksikan kematian Khubaib Al Anshari di Makkah. Saat itu orang Quraisy mengerat-erat daging tubuh Khubaib. Selanjutnya mereka menggotongnya di atas sebatang pohon. Kemudian mereka bertanya kepadanya "Apakah engkau mau jika Muhammad menggantikan tempatmu di sini?" Khubaib menjawab, "Demi Allah, saya tidak senang berada di tengah keluarga dan anak-anakku, sementara Muhammad disiksa dengan duri"
Gubernur meneruskan "Setiap kali saya mengingat peristiwa itu dan tindakanku yang tidak membelanya pada saat itu. Karena kondisiku yang masih musyrik dan tidak beriman kepada Allah yang Maha Agung, niscaya saya menyangka bahwa Allah tidak akan pernah mengampuniku selamanya atas dosaku itu karena itu saya langsung terkapar pingsan seperti orang mati"
Seluruh jawaban tersebut membuat Umar berkata. "Ahamdulillah, segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakan diriku dan firasatku tentang gubernur yang saya pilih ini".
Karena jawaban gubernur Homs yang sebagian besar karena kesederhanaannya dan ketiadaan uang yang cukup. Umar bin Khathab mengirim seribu dinar kepada gubernur untuk digunakan sesuai kebutuhan. Istri gubernur sangat bersyukur dan itu bertanya kepada suaminya tentang uang tersebut. Ternyata sang gubernur ingin membagikan uang itu kepada orang lain yang lebih memerlukan uang itu.
Gubernur kemudian memanggil seorang dari keluarganya yang dia percaya. Selanjutnya dia membagi-bagikan uang itu ke dalam kantung-kantung tersendiri. Dan memerintakannya untuk pergi menemui janda, yatim orang miskin dan orang yang tertimpa masalah untuk memberikan kantung-kantung uang itu kepada mereka masing-masing.
Setelah itu tersisa beberapa dinar, Sain bin Amir memberikan kepada istrinya. Sang istri meminta untuk membeli hamba sahaya dengan uang itu. Namun gubernur menolak, dan menjawab. "Akan datang kepadamu orang yang lebih memerlukan dari keperluanmu terhadap hamba sahaya itu".
Begitulah kisah Sain bin Amir seorang gubernur dari Homs pada pasa Khalifah Umar bin Khathab yang sangat terkenal dengan keserhanaa dan ketaatannya kepada Allah. Tidak heran jika satu masa dulu kejayaan islam meliputi sepertiga belahan bumi sebab para pemimpinnya yang takut pada azab Allah dan penduduk yang mencintai pemimpinnya.