Dwina.net - Memupuk Kemandirian Anak
Langkah Mudah Menjaga Fitrah Mandiri Anak
Awal tau tentang seminar ini karena lewat di iklan Ig. Penasaran tentang temanya dan pingin ikut. Sebelum menghubungi admin saya lebih dulu menghubungi teman dan mengajaknya ikut serta. Saya pikir orang tua perlu mengetahui acara ini karena memang seharusnya bukan hanya anak yang kudu sekolah. Orang tua juga perlu dan sekolahnya tentu bukan sekolah akademin seperti anak-anak. Orang tua lebih banyak mendalami masalah psikologi anak.
Alhamdulillah ternyata temen saya juga tertarik, jadi dah saya keep untuk dua orang. Dan serunya lagi boleh bawa anak-anak. Sebelum pergi saya sedikit banyak udah mbayangin kalo ini pasti pendidikan preschool atau taman kanak-kanak. Eh ternyata bener tuh.
Hanya sayangnya 2 jam sebelum keberangkatan temen membatalkan untuk ikut serta. Qadarallah anak bungsunya sakit. Jadilah saya dengan anak-anak saja yang pegi. Pas sampai ke lokasi tamu peserta belum begitu banyak jadi bisa mengatur anak-anak lebih dulu. Alhamdulillahnya lagi para ustazah sangat kooperatif menangani anak-anak dari semua peserta yang hadir sehingga ibunya bisa lebih fokus menyerap ilmu.
Adapun narasumbernya adalah pemilik Rumah Bermain Bilal yaitu Abi Didi. Dari perkenalan singkat saya dapat info kalau beliau sudah mendirikan Rumah Bermain Bilal ini sekitar 3 tahun yang lalu dan antusias masyarakat positif. Meskipun menurut saya pribadi dari segi bangunan kurang mendukung.
Mengapa?
Kita mungkin akan mengenal sekolah TK dengan halaman yang luas penuh wahana bermain. Tapi disini saya tidak menemukannya. Rumah Bermain Bilal ini didirikan di sebuah gedung ruko lantai 3. Sepintas saya ngebayangin riwehnya mendidik anak-anak di Rumah Bermain dengan bangunan berbentuk ruko begini dimana halamanya tidak ada. So, otomatis anak-anak akan tetap berada dalam ruangan.
Namun positifnya adalah jumlah muridnya yang terbatas. Satu kelas hanya diisi maksimal 5 orang murid saja. Didampingi satu orang guru untuk memberi materi kepada anak. Dengan jumlah murid yang sedikit dalam satu kelas tentu guru akan lebih bisa memperhatikan anak-anak dan konsen pada mereka.
Well, kembali ke Tarbiyyatul Usroh atau dalam bahasa Inggrisnya parenting yaitu membekalan materi psikologi pada orang tua agar siap menghadapi segala kerenah anak. Dalam materi kali ini Abi Didi memberi tema "Memupuk Kemandirian Anak" Ini menarik menurut saya karena kemandirian pada anak belakangan ini memang mengalami kemunduruan dimana segala sesuatunya sudah di sediakan oleh orang tua.
Namun tentu timbul kekhawatiran kita tentang sifat manja mereka, bagaimana kelak mereka menghadapi masa depan dengan sifat manjanya itu. Kita tahu bahwa waktu tidak menunggu kita, Ia melesat begitu saja dan meninggalkan siapapun yang berada dibelakangnya. Maksud dari acara ini adalah agar anak dapat mengambil peran dengan apa yang berkaitan dengan dirinya. Misalnya:
Apa yang terjadi jika anak ternyata masih mengandalkan orang tua untuk hal yang sepele seperti hari ini mau pakai baju apa? Makan di suapi dengan alasan kalau makan sendiri nanti kelamaan, membantu mereka menggunakan sepatu dll. Yang padahal hal itu sudah bisa dilakukannya. Lalu apa yang dimaksud dengan mandiri itu?
Mandiri adalah mampu mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan usianya. Hal ini tentu berkaitan dengan tumbuh kembang dari setiap anak. Abi Didi memberi contoh tentang apa yang sudah bisa dilakukan oleh anak sesuai dengan usianya. Misalnya anak usia 3 tahun semestinya sudah bisa membuka sepatu sendiri, makan sendiri dan melepas pakaiannya sendiri. Selain itu tidak pipis dan poop sembarangan. Dia sudah tahu dimana jika ingin buang kotorannya.
Begitu pula dengan usia diatasnya dan seterusnya. Nah, dari beberapa contoh yang disampaikan oleh Abi Didi, kala itu para ibu ayah langsung senyum-senyum membayangkan kekeliruan yang selama ini dilakukan. Dimana anak yang seharusnya sudah bisa makan sendiri tapi masih di suapin, sudah bisa memakai baju dan memilih sendiri mana pakaian yang ingin dikenakan tapi orang tua masih tetap mengatur dan membantunya. Hal ini berdampak pada kemunduruan rasa tanggung jawab dan pengambilas resiko di masa hadapan.
Berapa banyak anak-anak yang kini tidak berani mengambil keputusan atas hidupnya karena takut salah, takut berdampak negatif dan sebagainya yang akhirnya membuat dirinya bergantung pada orang tua. Padahal jika dilihat dari usia mereka seharusnya sudah bisa mengambil keputusan atas kehidupannya sendiri. Wah, ngeri nih kalau mbayangin masa depan anak yang sudah dewasa tapi masih bergantung pada orang tua.
Secara garis besar Abi Didi menyimpulkan tentang pengertian mandiri yaitu:
- Bisa melakukan tugasnya sendiri sesuai dengan usianya.
- Bisa mengambil keputusan sendiri
- Bisa berinisiatif
Lalu bagaimana cara melatih kemandirian pada anak:
Latih dulu hatinya
Maksudnya setiap manusia itu memiliki hati dan sebenarnya ia kuat dan akan bertambah kuat jika dipupuk dengan cara yang benar. Setiap anak itu berbeda-beda ada yang introvert dan ekstrovert. Cara menstimulus kepribadian ini juga berbeda.
Introvert
- Mendapat inspirasi dari dalam
- Diancam dulu baru bergerak
- Ditakut-takuti dulu baru nurut
- dan di beri chalange sehingga dirinya merasa tertantang
Extrovert
- Mendapat inspirasi dari luar
- Diberi harapan agar termotivasi
- Diberi janji-janji agar semangat
- dan difasilitasi
Mendengar Abi Didi menjelaskan hal ini seisi ruangan langsung riuh. Wah gimana nih kalau anak saya minta imbalan terus soalnya dia kayaknya extrovert deh. Anak saya malah ngga ada inisiatif sampe harus diingatiiinn terus. Waduh saya malah ngga tahu anak saya introvert apa extrovert soalnya dia kayaknya cuek aja gitu wkwkkwkwkw.
Selanjutnya mengatasi kebingungan orang tua, Abi Didi memberi slide tentang sistem otak manusia yang terbagi dalam 5 bagian yaitu:
Sensory ----> Tipe Pengingat = Rajin
Intituting ----> Tipe Pemikir = Kreatif
Thingking ----> Tipe Analisis = Pandai
Feeling -----> Tipe Emosi = Hubungan.
Insting -----> Tipe Naluri = Serba bisa
Sebagai pengingat Abi Didi mengingatkan pada audiens untuk mengubah mind set tentang pendidikan kemandirian pada anak. Please jangan pernah menempelkan tiga hal ini dalam hati ya ayah bunda. Apa itu?
- Saya tidak ingin anak saya menderita seperti saya dulu.
- Saya ngga tega sama anak, mereka udah capek sekolah jadi ngga usah bantu-bantu pekerjaan rumah.
- Ah, nanti kalau udah besar kan bisa sendiri.
It's BIG NO, banget kata Abi Didi. Karena pemikiran yang seperti inilah yang menyebabkan anak akan terus bergantung pada orang tuanya dan tentu berefek buruk bagi masa depannya. So, ayah bunda tidak mengapa memberi tugas-tugas rumah kepada anak agar mereka empati pada kita. Mereka ngga akan bisa mandiri kalau tidak dididik dari kecil. Sebag kemandirian itu adalah fitrah. Biarkan mereka mengambil keputusan sesuai dengan usianya asal jangan kelewatan. Dan ingat sesuaikan dengan tipe kepribadian anak agar mereka tidak merasa tertekan. Selamat menjadi Ayah Bunda yang cerdas untuk generasi yang cerdas dan berakhlak mulia.
Tag :
Belajar Bersama Anak,
islam