Membangun jiwa social, saling berbagi dan empati pada anak perlu dilakukan sejak anak berusia 3 tahun. Hal ini sangat penting terutama untuk kehidupannya kelak. Anak yang kurang rasa empatinya pada orang lain akan menjadi pribadi yang egois dan cenderung mau menang sendiri.
Cara yang bisa dilakukan orang tua dalam membangun jiwa social dan rasa berbagi pada diri mereka adalah dengan membaurkannya pada anak-anak lain. Wajar jika dalam proses ini anak berkelahi atau berebut mainan dengan temannya. Sebab pertengkaran tersebut menunjukkan bahwa anak bisa berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
Yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai pertengkaran tersebut menyebabkan luka atau saling menyakiti. Jika hal ini terjadi yang perlu orang tua lakukan adalah segera melerainya. Berikut ini cara yang dapat orang tua lakukan jika melihat anak bertengkar.
Cara yang bisa dilakukan orang tua dalam membangun jiwa social dan rasa berbagi pada diri mereka adalah dengan membaurkannya pada anak-anak lain. Wajar jika dalam proses ini anak berkelahi atau berebut mainan dengan temannya. Sebab pertengkaran tersebut menunjukkan bahwa anak bisa berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
Yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai pertengkaran tersebut menyebabkan luka atau saling menyakiti. Jika hal ini terjadi yang perlu orang tua lakukan adalah segera melerainya. Berikut ini cara yang dapat orang tua lakukan jika melihat anak bertengkar.
Tahan diri untuk langsung ikut campur
Dalam sebuah pertengkaran sebenarnya anak sedang belajar bagaimana caranya mempertahankan sikap atau prinsip sesuai dengan kemampuan tumbuh kembang otaknya. Biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri, jika pertengkaran mereka terus berlanjut barulah orang tua dapat ikut campur dan melihat ini masalah sebelum akhirya meleraikan mereka.
Orang tua harus menahan emosi
Dalam sebuah pertengkaran anak yang terjadi seringkali justru orang tua yang emosi duluan, meninggikan suara atau mengeluarkan kata yang kasar dalam melerai mereka. Maksud orang tua melakukan ini adalah agar anak berhenti bertengkar. Namun tahukah anda bahwa sikap ini justru akan membuat anak belajar bagaimana menyakiti orang lain, menekan dan memaksa keinginannya pada orang lain. Sebagai orang tua yang tentunya sudah dewasa penting bagi anda untuk mengatur emosi sendiri dan melihat perkelahian anak bukanlah masalah yang harus berhujung pada kemarahan anda.
Beri waktu anak untuk sendiri
Anak tak ubahnya sama seperti orang dewasa, ia juga memerlukan waktu untuk sendiri dalam menenangkan emosinya. Biarkan anak menenangkan emosinya dengan menyendiri beberapa saat sebelum akhirnya masuk lagi dalam permainan bersama temannya. Tahukah anda bahwa anak lebih cepat melupakan sebuah kejadian dengan mudah disbanding orang dewasa? Dengan memberinya waktu untuk sendiri berarti anda juga sedang belajar bagaimana menghormati privasi anak.
Ajarkan anak bernegosiasi
Berebut mainan biasanya memang sering jadi bahan utama perkelahian. Satu anak menginginkan mainan yang sama. Jika hal ini terjadi penting bagi orang tua untuk mendamaikan anak dengan bernegosiasi tentang siapa dulu yang mau memainkan mainan tersebut. Beri waktu bagi satu anak untuk memainkannya lalu berikan mainan tersebut pada anak yang lain. Dengan begini anak akan mengerti bagaimana caranya bernegosiasi dan berbagi pada orang lain.
Jangan memihak pada satu anak
Orang tua yang melihat anaknya bertengkar atau berkelahi cenderung akan memihak pada anak sendiri, apalagi jika usia anak dibawah anak yang lain. Kebiasaan abang atau kakak yang harus mengalah pada adiknya, atau anak tetangga yang lebih tua mengalah pada anak yang masih kecil kerap terjadi. Tahukah anda, hal ini hanya akan membuat abang/kakak merasa tidak diperdulikan dan adik akan merasa selalu menang? Dalam sebuah perselisihan siapapun yang bersalah harus jelas dikatakan salah. Walaupun anak yang masih kecil. Dengan begitu baik adik ataupun kakak akan menyadari kesalahan masing-masing.
Dengarkan keluhan anak
Dalam sebuah situasi yang tidak mengenakkan anak akan lari pada orang tuanya untuk mengadu. Sebagai orang tua baik untuk anda berhenti sejenak dari kesibukan anda dan mendengarkan keluhan anak tentang kejadian yang menimpa dirinya. Merasa didengarkan akan membuat anak merasa nyaman. Anda tidak perlu buru-buru mencarikan solusi apalagi memutuskan perkara yang terjadi pada anak. Biarkan dia selesai bercerita, jadilah pendengar yang baik. Setelah itu bantu anak untuk mencari solusi bagaiamana cara yang tepat dalam menyelesaikan persoalannya.
Memberikan pujian jika masalah sudah selesai
Jangan pelit membagi pujian pada anak, karena pujian akan menimbulkan rasa senang dan membuat otak anak dapat berkembang dengan baik karena energy positif dari pujian tersebut. Memberikan pujian pada suatu masalah akan mengajarkan anak mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Sebab jika orang tua memuji, anak akan mengingat bahwa bermain akur bersama teman atau adik akan disukai orang tua.
Dalam sebuah pertengkaran sebenarnya anak sedang belajar bagaimana caranya mempertahankan sikap atau prinsip sesuai dengan kemampuan tumbuh kembang otaknya. Biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri, jika pertengkaran mereka terus berlanjut barulah orang tua dapat ikut campur dan melihat ini masalah sebelum akhirya meleraikan mereka.
Orang tua harus menahan emosi
Dalam sebuah pertengkaran anak yang terjadi seringkali justru orang tua yang emosi duluan, meninggikan suara atau mengeluarkan kata yang kasar dalam melerai mereka. Maksud orang tua melakukan ini adalah agar anak berhenti bertengkar. Namun tahukah anda bahwa sikap ini justru akan membuat anak belajar bagaimana menyakiti orang lain, menekan dan memaksa keinginannya pada orang lain. Sebagai orang tua yang tentunya sudah dewasa penting bagi anda untuk mengatur emosi sendiri dan melihat perkelahian anak bukanlah masalah yang harus berhujung pada kemarahan anda.
Beri waktu anak untuk sendiri
Anak tak ubahnya sama seperti orang dewasa, ia juga memerlukan waktu untuk sendiri dalam menenangkan emosinya. Biarkan anak menenangkan emosinya dengan menyendiri beberapa saat sebelum akhirnya masuk lagi dalam permainan bersama temannya. Tahukah anda bahwa anak lebih cepat melupakan sebuah kejadian dengan mudah disbanding orang dewasa? Dengan memberinya waktu untuk sendiri berarti anda juga sedang belajar bagaimana menghormati privasi anak.
Ajarkan anak bernegosiasi
Berebut mainan biasanya memang sering jadi bahan utama perkelahian. Satu anak menginginkan mainan yang sama. Jika hal ini terjadi penting bagi orang tua untuk mendamaikan anak dengan bernegosiasi tentang siapa dulu yang mau memainkan mainan tersebut. Beri waktu bagi satu anak untuk memainkannya lalu berikan mainan tersebut pada anak yang lain. Dengan begini anak akan mengerti bagaimana caranya bernegosiasi dan berbagi pada orang lain.
Jangan memihak pada satu anak
Orang tua yang melihat anaknya bertengkar atau berkelahi cenderung akan memihak pada anak sendiri, apalagi jika usia anak dibawah anak yang lain. Kebiasaan abang atau kakak yang harus mengalah pada adiknya, atau anak tetangga yang lebih tua mengalah pada anak yang masih kecil kerap terjadi. Tahukah anda, hal ini hanya akan membuat abang/kakak merasa tidak diperdulikan dan adik akan merasa selalu menang? Dalam sebuah perselisihan siapapun yang bersalah harus jelas dikatakan salah. Walaupun anak yang masih kecil. Dengan begitu baik adik ataupun kakak akan menyadari kesalahan masing-masing.
Dengarkan keluhan anak
Dalam sebuah situasi yang tidak mengenakkan anak akan lari pada orang tuanya untuk mengadu. Sebagai orang tua baik untuk anda berhenti sejenak dari kesibukan anda dan mendengarkan keluhan anak tentang kejadian yang menimpa dirinya. Merasa didengarkan akan membuat anak merasa nyaman. Anda tidak perlu buru-buru mencarikan solusi apalagi memutuskan perkara yang terjadi pada anak. Biarkan dia selesai bercerita, jadilah pendengar yang baik. Setelah itu bantu anak untuk mencari solusi bagaiamana cara yang tepat dalam menyelesaikan persoalannya.
Memberikan pujian jika masalah sudah selesai
Jangan pelit membagi pujian pada anak, karena pujian akan menimbulkan rasa senang dan membuat otak anak dapat berkembang dengan baik karena energy positif dari pujian tersebut. Memberikan pujian pada suatu masalah akan mengajarkan anak mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Sebab jika orang tua memuji, anak akan mengingat bahwa bermain akur bersama teman atau adik akan disukai orang tua.
Tag :
Belajar Bersama Anak