Agama apapun itu pada dasarnya mengajarkan kebaikan hanya saja banyak orang yang membelokkan tujuan dasar agama untuk kepentingan diri sendiri atau golongan. Jika setiap mahluk yang beragama itu menyadari bahwa urusan agama tidak hanya pada Tuhannya melainkan juga pada mahluk disekitarnya tentu kekuatan beragama itu akan terefleksi dari tingkahnya sehari-hari.
Semakin maju sebuah peradapan saya sering mendengar bahkan melihat bagaimana orang yang memiliki kekuatan berbicara dan mempengaruhi orang lain memutar balikkan tujuan beragama. Tentu hal ini merisaukan karena jika tidak dicegah maka kedepannya kehidupan penerus kira tidak lagi menghargai agamanya. Lalu apa yang bisa kita lakukan selaku orang tua dalam menanamkan rasa cinta beragama pada anak?
Saya sendiri selaku ibu muda yang masih harus banyak belajar tentang bagaimana mendidik anak agar besok dia bisa mencintai agamanya, menghargai orang lain, memiliki rasa empati pada sesama sering merasa cemas sendiri. Segala buku dan info tentang parenting dipelajari dan sebisa mungkin dipraktekkan bersama anak dengan harapan ia akan lebih baik di kehidupan dewasanya kelak.
Salah satu yang saya tanamkan adalah konsistensi untuk sholat berjama'ah. Anak-anak sejatinya adalah pembelajar yang baik, mengikut aturan dan tidak neko-neko asalkan kita selaku orang tua bisa konsisten pada apa yang kita katakan pada anak.
Ketika anak saya umur 2 tahun saya sudah mengajarkannya beribadah khususnya sholat. Agar semangat sholat sengaja saya berikan sajadah kecil dan kopiah lucu seukuran kepalanya agar dia merasa memiliki benda pribadi yang digunakan untuk sholat. Sholatnya anak-anak tentu tidak bisa dipaksakan harus khusuk, jangankan khusuk untuk tenang berdiri aja masih sulit. Namun saya tidak memaksanya cukup tau dulu apa itu sholat, kenapa ibu dan ayahnya sholat dan kapan saja waktu sholat.
Seringkali selepas sholat Azam akan bertanya
"kok sholatnya lama, Bu?"
Kalau dia bertanya seperti ini saya akan memasang wajah terkejut sambil bilang
"Ha.... lama.. Azam kalau main-main lebih lama loh dari sholatnya" trus dia pasti akan melanjutkan "Memangnya sholat tu berapa, Bu?" Nah kalau sudah begini maka pembicaraan akan berlanjut tentang berapa rakaat dalam tiap-tiap sholat.
Sekarang Azam sudah 4 tahun dan sudah sekolah. Di sekolah dia diajarkan tata cara sholat bersama kawan-kawannya. Sholat bersama teman tentu lebih menyenangkan dan banyat pengetahuan yang diajarkan ibu gurunya. Sepulang sekolah ada saja hal yang berhubungan dengan sholat sering ditanyakan. Perkembangan lanjutnya Azam sudah bisa membaca niat sholat dalam bahasa Indonesia. Jumlah rakaat dalam sholatpun dia sudah mulai hafal dan bacaan dalam sholatnya lebih banyak dari awal dulu dia belajar sholat.
Didikan selanjutnya adalah tentang kenapa harus sholat. Ini akan berhubungan dengan nama Allah sebagai sang pencipta. Mengenalkan Allah yang tidak nampak pada anak kecil tentu tidak mudah. Apalagi anak sekarang kayaknya lebih kritis daripada jaman dulu. Azam akan langsung bertanya "Dimana Allah? Ibu nampak ngga? Azam tak nampak pun!"
Hmm kira-kira jika bunda ditanya seperti ini jawaban apa yang akan diberikan pada anak?
Saya sendiri selalu berusaha mengenalkan sang pencipta dengan bahasa sesederhana mungkin biasanya saya akan kaitkan dengan kehidupannya. Misal, kenapa Azam bisa jalan? karena Allah kasih Azam kaki. Allah ada di hati kita, coba dengar suara di dada Azam ada bunyi dug-dag dug-dag kan. Nah Allah tu yang hidupkan Azam. Begitulah seterusnya. Harapan saya semoga kelak ia akan lebih baik ibadahnya dari saya dan ayahnya, dan bisa mengaplikasikan ibadah pada kehidupannya. Amin
Tag :
Belajar Agama