Belanja online, rasanya siapapun di dunia ini sudah tidak asing lagi dengan dua kata tersebut. Ya, belanja online memang menyajikan banyak kemudahan, salah satunya kita tidak perlu repot-repot ke pasar, capek keliling dari satu toko ke toko yang lain untuk sekedar mencari sepasang sendal. Kita juga tidak perlu capek-capek nawar karena hanya dengan tekan sana tekan sini, ceklik sana, ceklik sini segala barang yang di perlukan dapat di beli dengan mudah. Tidak hanya barang elektronik tapi keperluan dapurpun dapat di beli hanya dengan menekan tombol, entah itu lewat komputer atau hape. Jadi jangan buru-buru menyangka orang yang sedang khusuk melihat layar gadgetnya itu dia sedang sibuk mencari artikel atau sedang membaca berita, bisa jadi dia sedang memilih-milih barang yang di tawarkan oleh penjual online.
Bukan hanya orang lain, akupun dengan sangat jujur ku katakan adalah salah satu pemain di dalam belanja online. Peranku, walaupun tidak terlalu sering, tapi pernah melakukan transaksi secara online. Senang memang, melihat sepatu, tas, baju dll lain di pajang dengan begitu cantiknya, apalagi model yang memperagakan juga cantik minta ampun, sambil memilih kadangkala hati berkata, kalau aku pakai baju ini pasti bisa cantik seperti model tersebut. Sebuah pemikiran gila yang tidak mungkin, sebab wajahku tentu tidak secantik model itu, dan jelas sekali dia memakai make up yang mahal dan tentu berbanding terbalik dengan aku yang sehari-hari hanya memakai bedak bayi anakku.
Namun begitulah yang terjadi selanjutnya sudah dapat di tebak. Transaksi pemilihan barang berlangsung mulus dan si penjual barang segera menuntut aku untuk mengirimkan uang ke alamat bank yang di kirimnya. Sampai di sini rasanya masalah belum muncul, tapi aku sedikit terusik ketika penjual tersebut dengan sedikit kalimat mendesak menyuruhku segera mentransfer uang ke rekeningnya dengan alasan dia hanya mau menunggu 2 hari jika belum dikirim juga maka pembelian batal. Aku jawab, ya sudah kalau saya belum sempat kirim batalkan saja. Langsung balasan ku terima, isinya bahwa pembelian tidak dapat di batalkan, kalau dalam istilahnya no cancle. Lah.. jadi bingung, lalu bagaimana kalau memang aku belum bisa transfer, bisa jadi hujan jadi ga bisa ke bank dan lain sebagainya, ternyata si penjual tidak menerima semua alasan itu. Penjualan harus tetap di lanjutkan.
Akupun nurut, besoknya aku segera mentranfer uang ke rekening orang tersebut. Si penjual bilang, barang akan di kirim besoknya. Hari-hari selanjutnya adalah hari penantian di mana aku menunggu dengan sabar, tapi setelah lewat dari satu minggu, aku mulai bertanya keberadaan paketku itu. Penjual berkata lewat hape kalau barangnya memang lama sampai karena aku memilih jasa pengiriman regular bukan express. Okelah aku masih diam, masuk minggu ke dua aku mulai khawatir dan berusaha ngecek sendiri paketku dengan menelepon jasa pengiriman paket tersebut, melalui no resi pengiriman yang aku dapat dari si penjual, mbak yang bekerja pada jasa pengiriman bilang, kalau barang dengan no resi tersebut tidak ada. Aku makin khawatir sehingga terjadi debat antara aku dengan penjual. Yang bikin aku senewen setengah mati adalah sikap si penjual yang terlihat tidak ambil pusing dengan keluhanku, dia hanya menyuruh aku menunggu saja. Sementara aku sudah mulai curiga dengan tidak sampainya paket tersebut sampai dua minggu.
Tunggu punya tunggu akhirnya pak kurir datang ke rumah mengantarkan paket dengan kondisi yang memprihatinkan. Barang yang aku beli, mestinya di bungkus dalam kotak seperti yang penjual katakan tempo hari, tapi kenyataannya barang yang kini aku pegang hanya di bungkus plasik dan di belesekkan secara paksa. Tiga pasang sepatu saling tumpang tindih dan terikat pun dengan menggunakan tali sepatu itu sendiri. Barang yang aku lihat di foto sangat elegan tapi nyatanya sangat biasa saja bahkan terkesan murahan. Belum lagi ketika aku cek foto copy pengiriman barang, nyata barang itu di kirim dari Medan bukan dari Jakarta seperti yang penjual katakan. Ongkos pengirimannyapun bukan RP. 23.000,- tapi hanya RP. 16.000,- saja. Oalahhh sampai di sini aku bener-bener emosi, semua bukti berupa barang yang kucel dan foto copy pengiriman barang aku foto dan ku kirim pada penjual dan aku katakan kalau aku sangat kecewa, padahal penjual tersebut adalah teman adikku yang juga aku kenal baik. Tidak tunggu lama aku langsung menghapus no hp dan pin nya. Rasa kecewa dan kapok berbelanja online kini bersarang di benakku. Dan aku berharap semoga tidak ada lagi orang lain yang tertipu oleh penjual yang tidak bertanggung jawab seperti dia.
Bukan hanya orang lain, akupun dengan sangat jujur ku katakan adalah salah satu pemain di dalam belanja online. Peranku, walaupun tidak terlalu sering, tapi pernah melakukan transaksi secara online. Senang memang, melihat sepatu, tas, baju dll lain di pajang dengan begitu cantiknya, apalagi model yang memperagakan juga cantik minta ampun, sambil memilih kadangkala hati berkata, kalau aku pakai baju ini pasti bisa cantik seperti model tersebut. Sebuah pemikiran gila yang tidak mungkin, sebab wajahku tentu tidak secantik model itu, dan jelas sekali dia memakai make up yang mahal dan tentu berbanding terbalik dengan aku yang sehari-hari hanya memakai bedak bayi anakku.
Namun begitulah yang terjadi selanjutnya sudah dapat di tebak. Transaksi pemilihan barang berlangsung mulus dan si penjual barang segera menuntut aku untuk mengirimkan uang ke alamat bank yang di kirimnya. Sampai di sini rasanya masalah belum muncul, tapi aku sedikit terusik ketika penjual tersebut dengan sedikit kalimat mendesak menyuruhku segera mentransfer uang ke rekeningnya dengan alasan dia hanya mau menunggu 2 hari jika belum dikirim juga maka pembelian batal. Aku jawab, ya sudah kalau saya belum sempat kirim batalkan saja. Langsung balasan ku terima, isinya bahwa pembelian tidak dapat di batalkan, kalau dalam istilahnya no cancle. Lah.. jadi bingung, lalu bagaimana kalau memang aku belum bisa transfer, bisa jadi hujan jadi ga bisa ke bank dan lain sebagainya, ternyata si penjual tidak menerima semua alasan itu. Penjualan harus tetap di lanjutkan.
Akupun nurut, besoknya aku segera mentranfer uang ke rekening orang tersebut. Si penjual bilang, barang akan di kirim besoknya. Hari-hari selanjutnya adalah hari penantian di mana aku menunggu dengan sabar, tapi setelah lewat dari satu minggu, aku mulai bertanya keberadaan paketku itu. Penjual berkata lewat hape kalau barangnya memang lama sampai karena aku memilih jasa pengiriman regular bukan express. Okelah aku masih diam, masuk minggu ke dua aku mulai khawatir dan berusaha ngecek sendiri paketku dengan menelepon jasa pengiriman paket tersebut, melalui no resi pengiriman yang aku dapat dari si penjual, mbak yang bekerja pada jasa pengiriman bilang, kalau barang dengan no resi tersebut tidak ada. Aku makin khawatir sehingga terjadi debat antara aku dengan penjual. Yang bikin aku senewen setengah mati adalah sikap si penjual yang terlihat tidak ambil pusing dengan keluhanku, dia hanya menyuruh aku menunggu saja. Sementara aku sudah mulai curiga dengan tidak sampainya paket tersebut sampai dua minggu.
Tunggu punya tunggu akhirnya pak kurir datang ke rumah mengantarkan paket dengan kondisi yang memprihatinkan. Barang yang aku beli, mestinya di bungkus dalam kotak seperti yang penjual katakan tempo hari, tapi kenyataannya barang yang kini aku pegang hanya di bungkus plasik dan di belesekkan secara paksa. Tiga pasang sepatu saling tumpang tindih dan terikat pun dengan menggunakan tali sepatu itu sendiri. Barang yang aku lihat di foto sangat elegan tapi nyatanya sangat biasa saja bahkan terkesan murahan. Belum lagi ketika aku cek foto copy pengiriman barang, nyata barang itu di kirim dari Medan bukan dari Jakarta seperti yang penjual katakan. Ongkos pengirimannyapun bukan RP. 23.000,- tapi hanya RP. 16.000,- saja. Oalahhh sampai di sini aku bener-bener emosi, semua bukti berupa barang yang kucel dan foto copy pengiriman barang aku foto dan ku kirim pada penjual dan aku katakan kalau aku sangat kecewa, padahal penjual tersebut adalah teman adikku yang juga aku kenal baik. Tidak tunggu lama aku langsung menghapus no hp dan pin nya. Rasa kecewa dan kapok berbelanja online kini bersarang di benakku. Dan aku berharap semoga tidak ada lagi orang lain yang tertipu oleh penjual yang tidak bertanggung jawab seperti dia.