Sebenarnya kita lebih memerlukan orang yang mau bicara jujur tentang keadaan kita, diri kita, sifat kita, tingkah kita dan masalah yang kita hadapi. Orang biasa menyebut ini sebagai kritikan, dan seringkali sedikit banyak dari kita tidak mau menerima kritikan tersebut, merasa di sepelekan atau malah marah mendengar sebuah kritikan.
Saya sendiri pernah mengalaminya. Ini berkaitan dengan dokter anak yang biasa menangani masalah kesehatan Azam, bayi saya.
Waktu itu Azam masih berumur 6 bulan, masa yang penting untuk mengenalkan Makanan Pendamping ASI. Saya ingat bagaimana Azam saya berontak ketika di kasih makan bahkan saya sempat memaksanya. Karena ga suka makan Azam kelihatan kurus dan memang berat badannya naik sedikit saja, paling cuma 1 ons setiap bulan. Pada saat memberikan imunisasi saya konsultasi dengan dokter anak yang biasa menangani Azam.
Dari beliau saya menerima kritikan, omelan bahkan ejekan. Sepintas hati saya sakit, saya merasa sudah berusaha untuk melakukan berbagai cara agar Azam mau makan.
Tapi dokter berkomentar "belum semua usaha ibu lakukan, pasti ada selanya, cari dong!"
"Yang dinamakan ga mau makan itu kalau semua makanan dia ga mau, lah kalau cuma nasi yang dia ga mau, berarti masakan ibu ga enak" lanjutnya sambil tersenyum mengejek saya.
Saya cuma tersenyum kecut mendengar komentarnya yang pedas, tapi nyaris tidak ada sakit hati ketika itu, saya cepat-cepat berdamai dengan hati sebelum emosi saya mengungguli.
Dokter Dian nama panggilannya, memang benar-benar tipikal dokter anak sekaligus ibu. Mungkin dalam hatinya, emang elo aja yang punya anak, gua juga punya bu. Jadi saya dan pasien lain memang tidak bisa berkelit dari beliau. Kelebihan dari dokter ini adalah setelah selesai ngomel beliau pasti memberikan tips dan trik agar bayi mau makan.
Pertama, ganti nasi dengan makanan pokok lainnya, masih banyak kok, seperti, jagung, tepung beras, bubur susu instan, oat, atau makaroni. Karena merupakan produk olahan bubur susu instan sebaiknya di masak hingga kental seperti lem, bukan di seduh dengan air panas saja. Begitu juga dengan tepung beras.
Untuk oat, makaroni dan jagung masak sampai lembut betul lalu di blender jika perlu. Tambahkan ASI atau susu formula sebagai perasanya. Jika memang anak tidak suka dengan rasa alami dari makanan tersebut, bisa tambahkan sedikit garam, komentar beliau, "rendang itu ga enak kalau ga di kasih garam".
Jam makan yang baik bagi bayi adalah ketika selesai mandi pagi dan beraktifitas sedikit. Jangan berikan cemilan dekat dengan jam makan, karena pasti bayi merasa kenyang dan tidak mau makan.
Beliau juga berpesan jangan paksa bayi untuk makan, karena semakin di paksa, besar nanti dia makin ga mau makan. Ibu juga kalau ngasih makan jangan kayak polisi yang lagi nilang pengendara motor donk. Bawa bermain jika memang itu keinginan bayi atau bisa juga hidupkan musik yang riang terserah apa saja, sholawatan juga boleh sekalian mengajarkan bayi bersholawat. Yang paling penting adalah sabar dan terus berusaha menciptakan menu makanan yang di sukai bayi.
Sepulang dari Rumah Sakit walaupun dengan perasaan pedih dan pesan berbentuk kritikan pedas itu terngiang-ngiang hingga beberapa hari, tidak bisa saya bohongi diri, bahwa saya memang memerlukan orang yang mau mengatakan hal yang sejujurnya tentang keadaan saya, bukan dokter yang bicara sedikit dan buru-buru bikin resep jika anak sakit. Semoga bermanfaat.
Saya sendiri pernah mengalaminya. Ini berkaitan dengan dokter anak yang biasa menangani masalah kesehatan Azam, bayi saya.
Waktu itu Azam masih berumur 6 bulan, masa yang penting untuk mengenalkan Makanan Pendamping ASI. Saya ingat bagaimana Azam saya berontak ketika di kasih makan bahkan saya sempat memaksanya. Karena ga suka makan Azam kelihatan kurus dan memang berat badannya naik sedikit saja, paling cuma 1 ons setiap bulan. Pada saat memberikan imunisasi saya konsultasi dengan dokter anak yang biasa menangani Azam.
Dari beliau saya menerima kritikan, omelan bahkan ejekan. Sepintas hati saya sakit, saya merasa sudah berusaha untuk melakukan berbagai cara agar Azam mau makan.
Tapi dokter berkomentar "belum semua usaha ibu lakukan, pasti ada selanya, cari dong!"
"Yang dinamakan ga mau makan itu kalau semua makanan dia ga mau, lah kalau cuma nasi yang dia ga mau, berarti masakan ibu ga enak" lanjutnya sambil tersenyum mengejek saya.
Saya cuma tersenyum kecut mendengar komentarnya yang pedas, tapi nyaris tidak ada sakit hati ketika itu, saya cepat-cepat berdamai dengan hati sebelum emosi saya mengungguli.
Dokter Dian nama panggilannya, memang benar-benar tipikal dokter anak sekaligus ibu. Mungkin dalam hatinya, emang elo aja yang punya anak, gua juga punya bu. Jadi saya dan pasien lain memang tidak bisa berkelit dari beliau. Kelebihan dari dokter ini adalah setelah selesai ngomel beliau pasti memberikan tips dan trik agar bayi mau makan.
Pertama, ganti nasi dengan makanan pokok lainnya, masih banyak kok, seperti, jagung, tepung beras, bubur susu instan, oat, atau makaroni. Karena merupakan produk olahan bubur susu instan sebaiknya di masak hingga kental seperti lem, bukan di seduh dengan air panas saja. Begitu juga dengan tepung beras.
Untuk oat, makaroni dan jagung masak sampai lembut betul lalu di blender jika perlu. Tambahkan ASI atau susu formula sebagai perasanya. Jika memang anak tidak suka dengan rasa alami dari makanan tersebut, bisa tambahkan sedikit garam, komentar beliau, "rendang itu ga enak kalau ga di kasih garam".
Jam makan yang baik bagi bayi adalah ketika selesai mandi pagi dan beraktifitas sedikit. Jangan berikan cemilan dekat dengan jam makan, karena pasti bayi merasa kenyang dan tidak mau makan.
Beliau juga berpesan jangan paksa bayi untuk makan, karena semakin di paksa, besar nanti dia makin ga mau makan. Ibu juga kalau ngasih makan jangan kayak polisi yang lagi nilang pengendara motor donk. Bawa bermain jika memang itu keinginan bayi atau bisa juga hidupkan musik yang riang terserah apa saja, sholawatan juga boleh sekalian mengajarkan bayi bersholawat. Yang paling penting adalah sabar dan terus berusaha menciptakan menu makanan yang di sukai bayi.
Sepulang dari Rumah Sakit walaupun dengan perasaan pedih dan pesan berbentuk kritikan pedas itu terngiang-ngiang hingga beberapa hari, tidak bisa saya bohongi diri, bahwa saya memang memerlukan orang yang mau mengatakan hal yang sejujurnya tentang keadaan saya, bukan dokter yang bicara sedikit dan buru-buru bikin resep jika anak sakit. Semoga bermanfaat.