Kau adalah luka di punggungku,
sayat sakit itu seperti lembut tanganmu
Sepanjang malam mengelusku,
dan aku tak mau tidur
Kau adalah luka di dahiku.
Aku memperlama lafaz doa dalam sujud malamku
Menikmati makin parah perih itu
Kau adalah luka di lidahku.
Tipa kali terasa sakitnya
Aku seperti sedang dipaksa menyebut namamu
Kau adalah luka di telapak tanganku.
Aku menadah darah sendiri
Agar tak ada orang tahu ada luka disitu
Kau adalah luka di dua kakiku.
Luka bekas kulepas besi belenggu
Yang kini tak lagi menahanku mengejar menemukanmu
Kau adalah luka di hatiku
Aku menunggu kelak kau bertanya
“dengan apa kusembuhkan luka itu?”
Dan ku jawab
“lukai saja aku lagi!”
sayat sakit itu seperti lembut tanganmu
Sepanjang malam mengelusku,
dan aku tak mau tidur
Kau adalah luka di dahiku.
Aku memperlama lafaz doa dalam sujud malamku
Menikmati makin parah perih itu
Kau adalah luka di lidahku.
Tipa kali terasa sakitnya
Aku seperti sedang dipaksa menyebut namamu
Kau adalah luka di telapak tanganku.
Aku menadah darah sendiri
Agar tak ada orang tahu ada luka disitu
Kau adalah luka di dua kakiku.
Luka bekas kulepas besi belenggu
Yang kini tak lagi menahanku mengejar menemukanmu
Kau adalah luka di hatiku
Aku menunggu kelak kau bertanya
“dengan apa kusembuhkan luka itu?”
Dan ku jawab
“lukai saja aku lagi!”
Tag :
puisi