Perempuan itu lahir pada tanggal 10 bulan 10 tahun 1960 sederetan angka yang mudah diingat karena susunanya yang sederhana, sesederhana pemiliknya.
Perempuan itu masih memiliki darah sunda dalam tubuhnya, titisan dari Alharhum sang ayah. Perempuan sederhana yang tidak sempat menamatkan sekolahnya sampai ke kelas 6 SR (sekarang SD). Walaupun begitu dia adalah perempuan cerdas yang pernah aku temui sepanjang perjalanan hidupku.
Ketika dia tidak tau tatacara sholat, dia belajar sholat dan berjuang untuk menegakkan sholat walaupun dalam keadaan sesibuk apapun.
Ketika dia tidak bisa membaca Al-Qur'an, dia pergi belajar mengaji dan padahal ketika itu usianya sudah 40 tahun. Dulu caranya membaca Al-Qur'an tidak lancar tapi lihatlah dia sekarang. Dia bukan hanya bisa membaca Al-Qur'an tapi dia juga bisa mengajarkan pada anak-anak di lingkungannya bagaimana cara membaca Al-Qur'an yang baik.
Aku bertambah kagum padanya.
perempuan itu tidak terlalu peduli pada gosip panas di seputar tempat tinggalnya. setiap kali ditanya tentang gosipnya si ini atau si itu, dia hanya menjawab "Mbuh, gak ngerti, bukan urusanku, yang penting anakku terurus, suamiku terusur, dah, cukup".
Bisa dibilang ungkapan YANG PENTING ANAKKU TERURUS, SUAMIKU TERURUS.
adalah prinsip hidupnya.
Prinsip hidup yang sederhana, tapi dari prinsip yang sederhana itu, dia berubah menjadi perempuan yang bijaksana, perempuan hebat yang mampu menopang kehidupan keluarganya. Dia mengerahkan segenap tenanganya agar roda ekonomi keluarga terus berputar.
Aku semakin sayang padanya.
Hari berganti dan tahunpun terus bertambah, dan perempuan itu semakin arif dalam menjalani kehidupan dunia dan akhiratnya. Jangan dikira liku hidupnya sangat mudah dan tidak pernah mendapat cobaan. Tidak, justru disaat usianya yang menjelang senja cobaan itu datang dan meluluhlantakkan taman hatinya.
Perempuan itu masih memiliki darah sunda dalam tubuhnya, titisan dari Alharhum sang ayah. Perempuan sederhana yang tidak sempat menamatkan sekolahnya sampai ke kelas 6 SR (sekarang SD). Walaupun begitu dia adalah perempuan cerdas yang pernah aku temui sepanjang perjalanan hidupku.
Ketika dia tidak tau tatacara sholat, dia belajar sholat dan berjuang untuk menegakkan sholat walaupun dalam keadaan sesibuk apapun.
Ketika dia tidak bisa membaca Al-Qur'an, dia pergi belajar mengaji dan padahal ketika itu usianya sudah 40 tahun. Dulu caranya membaca Al-Qur'an tidak lancar tapi lihatlah dia sekarang. Dia bukan hanya bisa membaca Al-Qur'an tapi dia juga bisa mengajarkan pada anak-anak di lingkungannya bagaimana cara membaca Al-Qur'an yang baik.
Aku bertambah kagum padanya.
perempuan itu tidak terlalu peduli pada gosip panas di seputar tempat tinggalnya. setiap kali ditanya tentang gosipnya si ini atau si itu, dia hanya menjawab "Mbuh, gak ngerti, bukan urusanku, yang penting anakku terurus, suamiku terusur, dah, cukup".
Bisa dibilang ungkapan YANG PENTING ANAKKU TERURUS, SUAMIKU TERURUS.
adalah prinsip hidupnya.
Prinsip hidup yang sederhana, tapi dari prinsip yang sederhana itu, dia berubah menjadi perempuan yang bijaksana, perempuan hebat yang mampu menopang kehidupan keluarganya. Dia mengerahkan segenap tenanganya agar roda ekonomi keluarga terus berputar.
Aku semakin sayang padanya.
Hari berganti dan tahunpun terus bertambah, dan perempuan itu semakin arif dalam menjalani kehidupan dunia dan akhiratnya. Jangan dikira liku hidupnya sangat mudah dan tidak pernah mendapat cobaan. Tidak, justru disaat usianya yang menjelang senja cobaan itu datang dan meluluhlantakkan taman hatinya.
Yang aku harap adalah ketabahannya dalam menghadapi semua cobaan hidup.
yang aku ingin adalah senyum ketulusan dari hati putihnya.
yang aku perjuangkan adalah mengembalikan kebahagian hatinya. Walau aku tau itu tidaklah mudah tapi itu harus. Karena dia adalah ibuku, "KARTINI"-ku, pejuang untuk keluargaku.
Tag :
penggalan kata