Rick Price masih lagi setia memperdengarkan suaranya yang bening. Alunan music yang lembut dipadu dengan lyric lagu yang romantic membawa ingatanku pada perjalanan kita. Seperti jam dinding yang berputar mengikut arahnya dalam diam semua berjalan tanpa kutahu dimana pangkalnya. Namun seiring waktu ianya mengalir perlahan dan meniggalkan jejak ditiap putarannya.
Putik yang sebelumnya tak pernah dihiraukan kini telah berubah menjadi bunga-bunga kecil berwarna putih yang tumbuh malu-malu. Ketika jumlahnya masih sedikit iapun dianggap tidak wujud walau wanginya sudah mulai tercium samar. Tapi bagaimana ketika bunga kecil nan putih itu sudah tumbuh subur. Masihkah kehadirannya bukan apa-apa sedang wanginyapun telah tercium dari empat penjuru mata angin yang berbeda.
Hingga kesaat ini bunga kecil masih lagi hidup dan wanginya tetap sama seperti hari-hari kemarin. Semuanya tetap berjalan seiring waktu yang menjadi saksi bisu dan aku sendiripun tidak tahu bila akan berakhir. Namun yakinlah bahwa bunga kecil takkan lancang tuk memenuhi tiap ruangan yang luas ini sebab ia hanya ingin dianggap ada. Hanya itu.
Tak ada yang bisa menghentikannya, tidak pula angin yang kadang tidak bersahabat, ia berusaha menarik paksa bunga kecil dengan kejam tapi tanah tidak akan membiarkannya. Ia melindungi bunga kecil dengan penuh tanggung jawab. Kesabaran dan keikhlasannya menjadikan bunga kecil merasa terlindungi dan yakin bahwa tanah tidak akan berkhianat. Angin juga akan berubah menjadi sangat dingin bila bersama dengan badai namun sebelum bunga kecil mati menggigil, matahari dengan bijak memberikan selimut hangatnya menjadikan bunga kecil kembali segar dan mampu tersenyum.
Rick Price masih setia memperdengarkan suaranya yang bening. Bunga kecil seolah ikut berdendang bersama angin yang kini telahpun bersahabat.
Tag :
curahan hati